
Anggi – International Union for Conservation of Nature (IUCN), lembaga konservasi alam terbesar di dunia, resmi meluncurkan inisiatif baru bertajuk “Planet Alive 2050” , sebuah rencana ambisius yang bertujuan menjanjikan tren penurunan keanekaragaman hayati global dalam dua dekade mendatang.

Baca Juga : Pasar Baru Jakarta Sepi yang Menyisakan Kenangan dan Harapan
Sekretaris Jenderal IUCN, Grethel Aguilar, menekankan bahwa dunia saat ini berada pada titik kritis. “Lebih dari satu juta spesies terancam punah, dan banyak di antaranya mungkin menghilang sebelum kita sempat mengenalnya. ‘Planet Alive 2050’ adalah panggilan aksi global untuk menyelamatkan kehidupan di Bumi,” ujarnya.
Program ini terdiri dari lima pilar utama:
-
Restorasi Ekosistem Prioritas
IUCN akan memimpin restorasi restorasi skala besar di 50 ekosistem terancam di dunia, mulai dari hutan hujan Amazon, terumbu karang Pasifik, hingga padang sabana Afrika. Fokusnya adalah memperkuat ketahanan habitat alami dan meningkatkan populasi spesies endemik. -
Perluasan Target Daerah Konservasi
yang ditetapkan: melindungi minimal 30% daratan dan 30% wilayah laut global pada tahun 2030. IUCN akan bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas lokal untuk menciptakan kawasan lindung baru dan memperkuat yang sudah ada. -
Inovasi dalam Pemantauan Spesies
Menggunakan teknologi satelit, drone, dan kecerdasan buatan, IUCN akan mengembangkan sistem pemantauan real-time terhadap spesies-spesies yang terancam. Informasi ini akan dimuat dalam Red List edisi terbaru yang kini dilengkapi dengan fitur interaktif global. -
Keadilan Sosial dan Konservasi Komunitas Adat
“Planet Alive 2050” juga menempatkan masyarakat adat sebagai mitra utama dalam perlindungan alam. -
Mendorong Pendanaan Hijau Internasional
IUCN akan menggandeng bank pembangunan, filantropi global, dan sektor swasta untuk menggalang dana konservasi senilai US$ 50 miliar hingga tahun 2030, guna memastikan keberlanjutan proyek jangka panjang di berbagai benua.
Pakar konservasi menyambut langkah positif IUCN ini.
yang telah menjadi tolok ukur global, IUCN berharap “Planet Alive 2050” bisa menjadi cetak biru kolaboratif antarbangsa untuk bumi tetap menjadi rumah bagi semua bentuk kehidupan.
