Breaking News
Kumpulan informasi aktual seputar peristiwa penting yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, meliputi isu politik, kebijakan pemerintah, bencana, dan dinamika sosial masyarakat.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO

Langkah Strategis Kurangi Ketergantungan Listrik Eksternal

BRIMO

Menuju Bali Mandiri Energi: Langkah Strategis Kurangi Ketergantungan Listrik Eksternal

Pemerintah Provinsi Bali kini bergerak cepat untuk mewujudkan cita-cita besar: Bali mandiri energi. Dalam beberapa tahun ke depan, Pulau Dewata akan menjadi saksi pembangunan sejumlah proyek pembangkit listrik berskala besar yang bertujuan mengakhiri ketergantungan terhadap pasokan listrik dari luar pulau.

Gubernur Bali, I Wayan Koster, menegaskan bahwa kebutuhan energi Bali harus dipenuhi dari dalam wilayahnya sendiri. Dalam rapat strategis di Kantor Gubernur Bali di Denpasar, Koster menyatakan dengan tegas bahwa penambahan pasokan dari luar tidak lagi menjadi pilihan.

“Energi Bali harus dipenuhi dari pembangkit yang dibangun di Bali sendiri. Saya bersikukuh, tidak perlu ditambah lagi dari luar,” tegasnya.

Pembangunan Pembangkit Listrik Hingga 2029

Komitmen ini tak sekadar wacana. Pemerintah Provinsi Bali sudah mengagendakan pembangunan tiga pembangkit listrik besar:

Langkah Strategis Kurangi Ketergantungan Listrik Eksternal
Langkah Strategis Kurangi Ketergantungan Listrik Eksternal

Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia

  • Tahun 2026: Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan dibangun di Pesanggaran, Denpasar.

  • Tahun 2027: Pembangunan pembangkit berkapasitas 450 MW di Kabupaten Gianyar.

  • Tahun-tahun berikutnya: Dua unit tambahan masing-masing 450 MW direncanakan dibangun di Celukan Bawang, Buleleng.

Ketiga proyek ini telah masuk dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, dan diproyeksikan menambah total daya sebesar 1.500 MW hingga tahun 2029.

Menghindari Risiko Energi Eksternal

Selama ini, Bali mengandalkan sebagian pasokan listrik dari Paiton, Jawa Timur, melalui kabel bawah laut. Namun, kapasitas efektif yang bisa disalurkan hanya sekitar 350 MW, yang menurut Koster jauh dari cukup.

“Dengan jumlah yang sangat terbatas itu, maka listrik di Bali sangat rawan terganggu,” katanya.

Ketergantungan ini terbukti riskan ketika dua bulan lalu Bali mengalami pemadaman total (blackout). Akibatnya, aktivitas warga lumpuh. Usaha kuliner merugi, pengemudi ojek daring tak bisa beroperasi, dan pemilik ikan koi kehilangan ratusan juta rupiah karena mati listrik.

Dorongan Energi Terbarukan dan PLTS Atap

Tak hanya fokus pada pembangkit besar, Koster juga mendorong transisi energi bersih. Salah satu strategi yang diusung adalah penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap oleh masyarakat umum.

Ia juga mendorong eksplorasi sumber energi lain yang ramah lingkungan seperti energi air dan gelombang laut yang dinilai memiliki potensi besar di wilayah pesisir Bali.

Masa Depan Energi Bali

Langkah besar ini menunjukkan tekad Bali untuk tidak hanya mandiri secara energi, tetapi juga menjadi pelopor energi bersih di Indonesia. Jika proyek-proyek ini berhasil, Bali tak hanya bebas dari ancaman blackout, tetapi juga bisa menjadi model daerah lain dalam pengelolaan energi berkelanjutan.

Mandiri energi bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan bagi Bali—pulau kecil yang tak boleh bergantung pada kabel panjang dari seberang lautan.

Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *